BAB
I
PENDAHULUAN
I.1.Latar Belakang
Keandalan pengamatan manusia
terhadap suatu subyek dalam suatu pengamatan sangat terbatas. Oleh karena itu
diperlukannya suatu alat atau obyek tertentu untuk dapat membantunya dan yang
dapat pula dipergunakan sebagai subyek dalam penelitian, diantaranya adalah
dengan mempergunakan hewan – hewan percobaan.
Penggunaan hewan percobaan terus
berkembang hingga kini. Kegunaan hewan percobaan tersebut antara lain sebagai
pengganti dari subyek yang diinginkan, sebagai model, di samping itu di bidang
farmasi juga digunakan sebagai alat untuk mengukur besaran kualitas dan
kuantitas suatu obat sebelum diberikan kepada manusia.
Tidak semua hewan coba dapat
digunakan dalam suatu penelitian, harus dipilih mana yang sesuai dan dapat
memberikan gambaran tujuan yang akan dicapai. Hewan sebagai model atau sarana
percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain
persyaratan genetis / keturunan dan lingkungan yang memadai dalam
pengelolaannya, di samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta
mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia.
I.2.Maksud Dan Tujuan
Percobaan
I.2.1. Maksud Percobaan
Mengetahui
dan memahami cara – cara perlakuan pada hewan coba.
I.2.2.Tujuan
Percobaan
Dapat
mengetahui cara – cara penanganan dan perlakuan terhadap hewan coba mencit (Mus musculus), Tikus putih (Rattus norvegicus), dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
I.3. Prinsip Percobaan
Penanganan hewan coba mencit (Mus
musculus) dengan memegang ekor mencit dengan jari, sedangkan tangan kanan
memegang bagian leher mencit selanjutnya diberi perlakuan pada hewan coba (Mus musculus).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Umum
Pada dasarnya hewan percobaan dapat merupakan suatu kunci dalam mengembangkan suatu penelitian dan telah banyak berjasa bagi ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan tentang berbagai macam penyakit seperti: malaria, filariasis, demam berdarah, TBC, gangguan jiwa dan semacam bentuk kanker. Hewan percobaan tersebut oleh karena sebagai alternatif terakhir sebagai animal model. Setelah melihat beberapa kemungkinan peranan hewan percobaan, maka dengan berkurangnya atau bahkan tidak tersedianya hewan percobaan, akan berakibat . penurunan standar keselamatan obat-obatan dan vaksin, bahkan dapat melumpuhkan beberapa riset medis yang sangat dibutuhkan manusia.
Masih dalam rangka pengelolaan hewan percobaan secara keseluruhan, cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau pun rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga bagi orang yang memegangnya. Adapun cara memegang dan penentuan jenis kelamin untuk masing-masing hewan yang umum dipakai dalam percobaan.
Mencit dapat dipegang dengan cara yang sama, yaitu dengan memegang pada pada pangkal ekornya, kemudian mengangkat kaki belakang. Lebih baik lagi bila ditempatkan di tempat yang agak kasar sehingga kaki depannya tetap mencengkeram lantai. Angkat kira-kira membentuk sudut 45˚ kemudian pegang bagian belakang tengkuknya dengan hati-hati. Pastikan tidak ada lagi kulit yang longgar, sehingga hewan tidak bisa berpaling dan menggigit. Mencit biasanya tidak menggigit namun tampak seperti kejang. Hal ini biasa dan bukan merupakan hal yang berbahaya. Tikus biasanya akan berusaha menggigit saat dipegang. Tikus yang berukuran besar dapat dipegang dengan cara meletakkan jari-jari pada seputar daerah dada dan jempol dibawah rahang.
Berbagai cara pemberian perlakuan terhadap hewan coba dapat dilakukan dengan cara : (4)
a) Per oral
• Mencit atau tikus diletakkan di atas ram kawat, ekor ditarik.
• Jarum suntik yang sudah disolder dimasukkan ke dalam mulut mencit namun harus diperhatikan proses masuknya jarum agar tidak melukai organ dalam mencit.
• Setelah selesai, tarik kembali jarum tersebut secara perlahan.
b) Intramuskular
• Pembantu memegang paha, penyuntik memegang paha kiri dari depan dengan tangan kiri.
• Jarum ditusukkan dari balik dengan sudut tegak lurus terhadap permukaan kulit kira-kira ditengah paha sehingga tusukan sampai ke otot bicep femoris.
• Lalu suntikkan bahan perlakuan, tarik jarum, tempat suntikan dipijat pelan-pelan.
c) Intraperitoneal
• Mencit dihandling dengan benar
• Tusukkan jarum disisi dekat umbilicus / kira-kira 5mm disamping garis tengah antara 2 puting susu paling belakang
• Tarik jarum lalu lepaskan mencit.
d) Subkutan
Obat/bahan disuntikkan di bawah kulit di daerah punggung, terasa longgar bila jarum digerak-gerakkan, berarti suntikan sudah benar. Pengawasan lingkungan.
Semua jenis hewan percobaan harus ditempatkan dalam lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan fisiologis, termasuk memperhatikan suhu, kelembaban dan kecepatan pertukaran udara yang ekstrim harus dihindari. Kebanyakan hewan coba tidak dapat berkembangbiak dengan baik pada kamar lebih tinggi dari suhu 30¬¬0 C. Mencit, tikus dan marmut maksimum perkembangbiakannya pada suhu 30¬¬0 C, kelinci pada suhu 250 C.
Pengawasan status kesehatan (3)
Standar kebersihan hewan percobaan yang diperlukan sama dengan manusia harus dijaga agar dapat hidup sehat. Dinding dan lantai misalnya harus tahan air dan mudah dicuci. Lantai harus dibuat sedemikian rupa agar air dapat mengalir dan cepat kering sesudah dicuci. Bahan bangunan yang dipakai untuk membangun gedung harus kuat dan tahan lama.
Pengawasan orang yang akan merawat hewan percobaan (3)
Jumlah pengunjung yang masuk ke dalam kamar penelitian/ pemeliharaan harus dibatasi karena semakin banyak yang masuk dapat menyebabkan jumlah mikroorganisme patogen dan dapat saling mengkontaminasi.
Pengawasan makanan dan minuman (3)
Kualitas makanan baik dapat diperoleh jika nilai komponen ransum telah diketahui. Misalnya, tikus dan mencit memerlukan ransum yang mengandung 20% protein sedangkan kelinci dan marmut hanya memerlukan 14-15% protein.
Pengawasan sistem pengolahan dan pembiakan (3)
Dalam keadaan ideal, semua harus ideal. Misalnya, kandang hewan coba harus diketahui batas masimalnya, makanan dan minuman yang harus selalu diperhatikan. Kebanyakan pemberian makanan/minuman bisa mencemari kandang dan memberi lingkungan tidak sehat.
Pengawasan kualitas hewan (3)
Kualitas genetik hewan coba penting dalam penelitian dasar. Sering bahwa hewan coba inbreed mempunyai kualitas genetik lebih tinggi dan lebih bermanfaat dibandingkan hewan percobaan outbreed. Tetapi itu tidak selalu benar.
Adapun tujuan penggunaan hewan percobaan sejalan dengan arah bidang ilmu ialah sebagai berikut : (3)
1. Bidang Toksikologi
Pengujian toksikologi dengan menggunakan hewan percobaan yang dilakukan di lingkungan industri bertujuan agar bahan kimia yang dibubuhkan pada bahan makanan tepat dalam arti aman buat konsumen, efektif daya kerjanya dan masih mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Status kesehatan berdasarkan pemeriksaan yaitu :
• Ektoparasit dan endoparasit
• Patologi
• Profil hematologi dan kimia darah
• Penyakit menular
2. Bidang Patologi
Para ahli patologi memakai hewan percobaan terutama untuk meneliti atau mengamati adanya perubahan – perubahan patologik jaringan tubuh yang disebabkan oleh :
• Terjadinya kontak antar spesies (infeksi mikroorganisme atau invasi parasit pada hewan atau menusia).
• Stress karena faktor lingkungan (suhu, kelembaban, sanitasi, ventilasi, kepadatan dan lain – lain).
• Keracunan makanan
• Defisiensi makanan (defisiensi vit. A, deficiensi vit. E)
Hewan percobaan juga dimanfaatkan oleh ahli patolgi untuk penelitian tentang tumor dan kanker bahkan hewan percobaan juga dimanfaatkan sebagai lahan untuk menanam dan menghasilkan sel – sel tumor ini dapat dimanfaatkan oleh ahli mikrobiologi untuk membuat biakan jaringan guna membiakkan virus, selain itu dapat juga digunakan untuk mendeterminasi penyakit berdasarkan perubahan – perubahan jaringan dan organ tubuh yang terjadi setelah hewan percobaan tersebut mendapat perlakuan (keracunan karena mengisap chloroform, keracunan aflatoksin melalui ransum).
3. Bidang Parasitologi
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian parasitologi dikehendaki berkualitas baik, sebelum melangkah untuk melakukan penelitian dalam bidang parasitologi, kita perlu mengetahui interaksi antar parasit sendiri.misalnya pada hewan mencit yang diberi antibiotik untuk mengusir mikroflora dalam usus dan kemudian diganti oleh mikroorganisme tertentu.
4. Bidang Imunologi
Respon imun pada hewan percobaan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu termasuk perihal infeksi oleh bakteri, virus maupun parasit, stress, faktor diet / ransum dan peradangan non spesifik.
Adapun pengelompokan pada hewan percobaan dapat dibagi atas tiga kelompok besar yaitu.
1. Pengelompokan berdasarkan asal hewan.
2. Pengelompokan berdasarkan kandungan organisme dalam tubuhnya.
3. Pengelompokan berdasarkan kondisi organ dalam tubuhnya.
II.2. Uraian Hewan
II.2.1. Karakteristik Hewan Coba (3)
Mencit merupakan salah satu hewan pengerat dan mudah berkembang biak yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Mencit (Mus musculus ).
Lama Hidup : 1- 2 tahun, bisa sampai 3 tahun
Lama Bunting : 19 - 21 hari
Umur Disapih : 21 hari
Umur Dewasa : 35 hari
Siklus Kelamin : poliestrus
Siklus Estrus : 4-5 hari
Lama Estrus : 12-24 jam
Berat Dewasa : 20-40 g jantan;18-35 g betina
Berat Lahir : 0,5-1,0 gram
Jumlah anak : rata-rata 6, bisa 15
Suhu ( rektal ) : 35-39˚C( rata-rata 37,4˚C )
Perkawinan Kelompok : 4 betina dengan 1 jantan
Aktivitas : Nokturnal (malam)
Sifat– sifat mencit :
1. pembauannya sangat peka yang memiliki fungsi untuk mendeteksi pakan, deteksi predator dan deteksi signal (feromon).
2. penglihatan jelek karena sel konus sedikit sehingga tidak dapat melihat warna.
3. Sistem sosial: berkelompok
4. Tingkah laku:
* jantan dewasa + jantan dewasa akan berkelahi
* Betina dewasa + jantan dewasa damai
* Betina dewasa + betina dewasa damai
b. Tikus putih (Rattus norvegicus)
Lama hidup : 2-3 tahun, dapat sampai 4 tahun.
Lama Bunting : 20-22 hari.
Kawin sesudah beranak : 1 sampai 24 jam.
Umur disapih : 21 hari.
Umur dewasa : 40-60 hari.
Umur dikawinkan : 10 minggu (jantan dan betina).
Siklus estrus (birahi) : 4-5 hari.
Lama estrus : 9-20 jam.
Perkawinan : Pada waktu estrus.
Ovulasi : 8-11 jam sesudah timbul estrus.
Jumlah anak : Rata-rata 9-20.
Perkawinan kelompok : 3 betina dengan 1 jantan
c. Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
- Masa hidup : 5 - 10 tahun
- Masa produksi : 1 - 3 tahun
- Masa bunting : 28-35 hari (rata-rata 29 - 31 hari)
- Masa penyapihan : 6-8 minggu
- Umur dewasa : 4-10 bulan
- Umur dikawinkan : 6-12 bulan
- Siklus kelamin : Poliestrus dalam setahun 5 kali hamil
- Siklus berahi : Sekitar 2 minggu
- Ovulasi : Terjadi kawin (9 - 13 jam kemudian)
- Fertilitas : 1 - 2 jam sesudah kawin
- Jumlah kelahiran : 4 - 10 ekor (rata-rata 6 - 8)
- Volume darah : 40 ml/kg berat badan
- Bobot dewasa : tergantung pada ras, jenis kelamin.
II.2.2. Klasifikasi Hewan Coba (3)
• Mencit ( Mus musculus )
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Sub Class : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
• Tikus putih (Rattus norvegicus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Sub ordo : Odontoceti
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
BAB III
METODE
KERJA
III.1. Alat dan
Bahan
III.1.1 Alat
Alat
yang digunakan adalah kanula, dan rang besi
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah aquadest
III.1.3
Hewan coba yang digunakan
·
Hewan coba yang digunakan adalah Mencit (Mus
musculus), Tikus putih (Rattus
norvegicus), dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus).
III.2.
Cara kerja
1. Persiapan
Hewan
·
Dipegang ujung ekor dengan
tangan kanan dan dibiarkan kaki depan terpaut pada kawat kasa kandang.
·
Dipegang kulit kepala
sejajar dengan telinga mencit dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari
tangan kiri.
·
Ditukarkan pegangan ekor
dari tangan ke jari kelingking kiri supaya mencit itu dapat dipegang dengan
sempurna.
·
Mencit siap untuk diberikan
perlakuan.
2. Cara
pemberian secara oral.
·
Dipegang tengkuk mencit
sedemikian rupa dengan tangan kiri sehingga ibu jari melingkar di bawah rahang
sehingga posisi abdomen lebih tinggi dari kepala.
·
Disuntikkan aquadest pada
bagian bawah tengah abdomen dengan cepat.
·
Diamati efek yang terjadi.
BAB
IV
PEMBAHASAN
Mencit adalah hewan
percobaan yang sering dan banyak digunakan di dalam laboratorium farmakologi
dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah ditangani dan bersifat penakut
fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Aktivitasnya di malam
hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan mengurangi aktivitasnya.
Metode yang biasa
dilakukan dalam penanganan hewan coba mencit
: (4)
1. Handling:
·
Ekor
dipegang di daerah tengah ekor dengan tangan kiri.
·
Leher
dipegang dengan tangan kanan, jang an
terlalu menggencet.
·
Jari
telunjuk dan ibu jari memegang kulit leher,
jari kelingking menjepit ekor.
2. Perlakuan oral :
·
Spoit diisi dengan bahan perlakuan
·
Tikus
atau mencit di handling dengan benar
·
Ujung
kanula dimasukkan ke
rongga mulut sampai rongga tekak
·
Suntikkan
perlahan
Pada praktikum dilakukan perlakuan pada hewan coba mencit
dengan cara, pertama-tama ekor mencit dipegang dan diangkat dengan tangan
kanan, mencit dibiarkan mencengkram alas penutup kandang ( kawat rang),
sehingga frekuensi gerak mencit dapat diminimalkan. Cengkram kulit punggung
mencit sebanyak-banyaknya dan seerat mungkin dengan tangan kiri, hingga kepala
mencit tidak dapat digerakkan ke kanan dan kekiri. Jari tengah dan jari manis
mencengkram perut mencit dan ekor mencit dililitkan pada jari kelingking.
Pemberian
secara
oral mencit pada umumnya berat 20-30
gram maksimal pemberian maksimal 1cc. Sebelum digunakan, hewan coba terlebih
dahulu dipuasakan makan selama 8 jam dengan maksud untuk mengurangi variasi biologis
dan efek-efek lainnya. Dalam hal ini mencit jantan lebih bagus digunakan karena
siklus hormonnya lebih homogen dibandingkan hewan yang betina dan waktu tidur
hewan betina empat kali lebih lama dari hewan jantan bila diberi obat.
Mencit
harus diberikan penomoran sehingga dapat memberikan kemudahan untuk mengetahui
perbedaan hewan satu dengan yang lainnya, dapat menggunakan asam pikrat atau dengan spidol permanen. Untuk penggunaan
di laboratorium yang
hanya menggunakan sekitar 20-30 ekor mencit, yang biasanya diberi kode pada
badan atau bagian paha kaki mencit.
Pada praktikum ini juga,
dilakukan perlakuan hewan coba tikus putih dan kelinci. Perlakuan hewan coba
tikus putih hampir sama mencit, namun harus berhati – hati sebab hewan coba ini
lebih agresif daripada mencit. Dalam perlakuan kelinci, telah disediakan tempat
yang dirancang khusus yang berbentuk balok. Kelinci tersebut diberi injeksi
pada salah satu telinganya.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa infus daun paliasa memiliki daya untuk menurunkan kadar glukosa mencit (Mus musculus).
VI.2 Saran
Ada baiknya alat – alat pendukung dalam praktikum di laboratorium segera dilengkapi.
Daftar Pustaka
1. Raven, P. 2005. Atlas Anatomi. Jakarta : Djambatan.
2. Nazir M. 1988. Metode Penelitian Edisi ke-3. Jakarta : Ghalia Indonesia.
3. Malole, M.M.B, Pramono. 1989. Penggunaan Hewan – Hewan Percobaan Laboratorium. Bogor : IPB. DitJen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi.
4. Dirjen POM. 1976. Farmakope Indonesia, Edisi Ke-III. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Hal : 672 ; 268 ; 206
Lampiran
A. Cara memegang/perlakuan hewan coba Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
B. Cara memegang/perlakuan hewan coba tikus putih dan mencit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar