Selasa, 18 Juni 2013

pengelolahan limbah di industri farmasi

INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI FARMASI

I. PENDAHULUAN
Peningkatan kebutuhan akan obat di Indonesia telah menyebabkan peningkatan jumlah dan kegiatan industri farmasi. Peningkatan jumlah dan kegiatan industri farmasi ini tentu saja akan mempengaruhi kehidupan lingkungan yang bersinggungan langsung maupun berdekatan dengan lokasi industri farmasi tersebut. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara 1988 disebutkan bahwa: Dalam pembangunan industri harus selalu diusahakan untuk memelihara kelestarian lingkungan dan mencegah pencemaran serta perusakan lingkungan hidup dan pemborosan penggunaan sumber alam. Dalam Undang-undang No. 4 Tahun. 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab III, Pasal 5, Ayat (2) ditegaskan bahwa: Setiap orang berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya. Ketentuan ini masih banyak dilanggar oleh kalangan industri.
Industri farmasi adalah industri yang menghasilkan produk yang memiliki nilai terapetik bagi manusia dan /atau hewan. Produk-produk tersebut antara lain:
1. Senyawa kimia dan produk botani yang digunakan dalam pengobatan,
2. Sediaan farmasi (tablet, kapsul, sirup, injeksi, salep, krim, infus, dll.),
3. Produk diagnostik in vitro dan in vivo,
4. Produk biologi seperti vaksin dan sera.
Proses dan kegiatan yang dilakukan industri farmasi sangat beragam, tergantung dari produk yang dihasilkan. Masing-masing industri farmasi tersebut menghasilkan limbah yang berlainan dengan karakteristik yang berlainan pula. Limbah dapat diartikan sebagai produk sampingan yang dihasilkan dari suatu aktivitas produksi. Berikut adalah karakteristik dan limbah yang dihasilkan dari masing-masing industri farmasi:
Jenis Industri Farmasi Karakteristik Limbah Limbah
Industri Farmasi Sintesis Kimia Jenis, komposisi dan jumlah limbah sangat kompleks dan beragam tergantung pada reaksi kimia dan pemurnian yang terlibat dalam proses.
Limbahnya mengandung senyawa organik dan anorganik yang toksik, kandungan BOD dan COD tinggi. • Senyawa asam, basa, garam dan katalis (logam Serat, sianida, dll)
• Pelarut organik yang digunakan dalam pe-murnian
• Deterjen yang digunakan dalam pencucian alat-alat
Industri Farmasi Ekstraksi Bahan Alam Limbah bahan padat tinggi (ampas).
Kadar BOD dan COD bisa rendah, tetapi kandungan pelarut organiknya tinggi. • Ampas bahan alam yang digunakan
• Pelarut-pelarut
• Uap pelarut
• Air limbah, berupa air pencucian bahan dan peralatan serta tumpahan
Industri Farmasi Fermentasi Nilai BOD dan COD limbah tinggi. • Medium fermentasi
• Sel dan misel dalam bentuk padat
• Pelarut organik untuk ekstraksi
• Senyawa kimia dan pelarut pada pemurnian / kristalisasi
• Air limbah, berupa air pencucian bahan dan peralatan serta tumpahan
Industri Farmasi Formulasi Sediaan Farmasi Limbah relatif sama dengan limbah domestik / rumah tangga. • Produk yang gagal dan terbuang
• Tumpahan bahan-bahan
• Debu (pencampuran dan pencetakan tablet)
• Air buangan dari pencucian alat dan sterilisasi
• Buangan dari laboratorium
• Bahan kemasan yang tidak terpakai
Riset dan pengembangan
Limbahnya mengandung senyawa organik dan anorganik • Bahan kimia, pelarut yang digunakan, bangkai hewan, jaringan, dan air buangan cucian peralatan, alat laboratorium, dll.


Limbah industri farmasi dapat berupa senyawa kimia toksik maupun non toksik, baik dalam bentuk padat, cair, maupun uap. Namun kebanyakan limbah industri farmasi digolongkan sebagai limbah berbahaya dan beracun serta membutuhkan pengolahan lebih lanjut untuk menghindari resiko pencemaran lingkungan.

II. SKEMA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH


Konsep sistem
1 Lumpur primer 12
post-thickener

2 septic sludge 13 HUBER Sludge Gallow
3 Lumpur sekunder 14
ROTAMAT® Screw Press RoS 3 - sludge dewatering...mengurangi kandungan air dalam lumpur dari pencucian tanaman dalam proses industri


4 ROTAMAT® Sludge Screening Plant Ro 3.1 - septage receiving
15 Belt Filter Press HUBER Bogenpress BS - sludge thickening
5 Screenings


16
ROTAMAT® Screw Conveyor Ro 8 + Dosing Screw with Tank RoSF 7
Terdapat keranjang kawat baji berbentuk silinderT
Air mengalir melewati keranjang sementara padatan tertarik di keranjang sambil berputar. Selanjutnya penghilangan air dari lumpur kemudian berpindah pada Screw Press dengan penambahan tekanan.

6 pre-thickener 17 KULT® Middle Temperature Dryer BT+ - fungsinya adalah untuk mengeringkan lumpur dan kotoran air pembuangan
7 STRAINPRESS® Sludgecleaner SP - sludge screening
18 Quenscher

8


ROTAMAT® Disc Thickener RoS 2S - sludge thickening. Memisahkan bagian flokulasi lumpur dengan filtrat. Plat buffle, memindahkan dari reaktor flokulasi melewati jari-jari radius.
Fleksibilitas mendukung lumpur terpisah. Membuka alur sehingga dengan mudah air mengalir melewati lapisan filter.meningkatkan proses penyaringan. cakraFilter terus memerus berputar secara kontinu.alat prngerik mendorong lumpur dari cakra dan filter dicuci kembali dengan batang penyemprot.
19 Biofilter
9 HUBER Sludge Squeezer HSS - sludge desintegration. Menghomogenkan kotoran lumpur, menggunakan alat mekanik, sehingga dapat memisahkan bagian yang padat dengan yang cair kemudian dialirkan
20 incinieration sludge2energy - thermal utilisation
10 anaerobic digester 21 power/heat cogen.


11. gas holder
22 polymere station

III. PEMBAHASAN
Industri farmasi adalah salah satu penyumbang limbah terbesar dalam lingkungan terutama berkaitan dengan limbah cair. Hal ini dikarenakan industri farmasi dalam proses produksinya menggunakan berbagai macam pereaksi kimia. Kegiatan utama industri farmasi adalah mengolah bahan baku menjadi produk berupa obat atau bahan baku obat, namun akibat pengolahan ini terbentuk pula limbah. Adanya limbah industri farmasi, terutama limbah cairnya akan berkaitan erat dengan masalah pencemaran lingkungan; khususnya pencemaran badan air yang disebabkan oleh limbah cair yang dibuang tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Berkaitan dengan kegiatan yang berjalan di industri farmasi, sebaiknya limbah industri farmasi diolah terlebih dahulu agar tidak mencemari lingkungan. Dengan demikian diperlukan adanya fasilitas atau instalasi pengolahan limbah sehingga pada saat ke lingkungan limbah industri tersebut telah memenuhi kriteria baku mutu yang telah ditetapkan.
Di samping komponen yang umum terdapat dalam limbah industri, dalam limbah industri farmasi akan terdapat senyawa obat yang terlibat dalam proses. Setelah masuk ke lingkungan atau di tempat pengolahan limbah, obat akan mengalami hal sebagai berikut :
• Mengalami biodegradasi sempurna
• Mengalami biodegradasi sebagian atau menjadi senyawa lain (metabolit)
• Tahan lama terhadap penguraian (persisten)

Dalam proses pengolahan limbah industri farmasi, diperlukan suatu instalasi pengolah limbah sehingga saat dibuang ke lingkungan, limbah tersebut telah memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan. Pengolahan limbah dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pemilihan teknologi pengolahan limbah yang tepat dapat didasarkan pada:
1. Karakteristik limbah, misalnya kandungan senyawa organik (BOD dan COD), bahan padat tersuspensi, derajat degradabilitas, komponen toksisnya dan jumlah limbah yang dibuang per harinya.
2. Mutu baku lingkungan terutama perairan tempat pembuangan limbahnya dan mutu baku limbah yang berlaku.
3. Biaya operasional pengolahan.
4. Lahan yang harus disediakan.
Proses pengolahan air limbah serta urutan prosesnya :
a. Pretreatment : saringan kasar, pemisah pasir, bak penampung dan homogenizer aliran/pencemar, pemisah lemak dan minyak
b. Primary treatment : proses netralisasi, koagulasi, flotasi, sedimentasi, dan filtrasi
c. Secondary treatment : untuk menurunkan organik terlarut, misalnya sistem lumpur aktif lagoon anaerobik, aerated lagoon, stabilisasi, trackling filter
d. Tertiary treatment : klarifikasi dalam bentuk koagulasi dan sedimentasi, filtrasi, adsorpsi karbon aktif, penukar ion, membran osmosis, desinfektasi, dan filtrasi membran
e. Pengolahan lumpur : misalnya dalam bentuk digestion atau wet combustion, pemekatan atau flotasi lumpur, sentrifugasi, drying bed dan lagooning
f. Pembuangan lumpur : dalam bentuk pembakaran, insinerasi, sanitary landfill serta pembuangan ke laut
g. Pembuangan effluent (hasil pengolahan) misalnya ke sungai, danau, laut, ke dalam tanah, injeksi ke sumur dalam, penguapan dan pembakaran.

Untuk meminimalisasi limbah dapat dilakukan dengan cara mengurangi sumber penghasil limbah (source reduction) dan daur ulang (recycling and reuse).
Pengurangan Sumber Limbah Daur Ulang
 Penggantian/substitusi bahan baku untuk mengurangi jumlah, volume dan toksisitas limbah
 Limbah yang dikeluarkan digunakan kembali (re-use), di daur ulang (recycling), atau diambil kembali (recovery
 Modifikasi proses, bertujuan untuk efisiensi proses yang potensial mengeluarkan limbah dan sekaligus mengganti dan memutakhirkan proses yang ramah lingkungan
 Dalam hal ini limbah dihilangkan cemarannya dan diperoleh bahan yang relatif berharga

 Good Operating Practices, dapat membantu mengurangi limbah dan kehilangan bahan yang tumpah, tercecer, dan bocor. Meliputi materials handling, waste management and plan management


Untuk menangani limbah industri farmasi, dibutuhkan suatu metode pembuangan yang tepat. Metode pembuangan tersebut antara lain adalah:
1. Pengembalian ke donatur atau pabrik pembuat
2. Landfill (mengubur) terencana dan Sanitary landfill sangat terencana
Cara ini untuk mencegah terjadinya kebocoran zat kimia ke lingkungan. Landfill yang benar terdiri dari lubang kosong yang jauh dari badan air dan lokasinya berada di atas permukaan air. Limbah yang dihasilkan setiap hari dipadatkan dan ditutup dengan lapisan tanah untuk mempertahankan kondisi saniter.

3. Imobilisasi limbah; encapsulation (penyegelan limbah dan inertization)
Enkapsulasi yaitu menjadikan limbah farmasi ke dalam bentuk padat dalam drum, plastik, atau baja. Sedangkan inertisasi adalah bentuk lain dari enkapsulasi dengan pelepasan materi, kertas, kardus, dan plastik kemasan dari limbah farmasi.

4. Saluran pembuangan air kotor
5. Pembakaran dalam kontainer terbuka untuk limbah farmasi dalam jumlah sedikit
6. Insinerasi suhu sedang
7. Insinerasi suhu tinggi
8. Penguraian kimia
Berikut tabel mengenai metode pembuangan limbah industry farmasi :
Metode pembuangan Tipe perbekalan farmasi keterangan
Pengembalian ke donatur atau perusahaan, pengiriman lintas negara untuk pembuangan. Semua sisa perbekalan farmasi, terutama antineoplastik Biasanya tidak praktis (prosedur lintas Negara biasanya menghabiskan waktu)
Insinerasi suhu tinggi
Dengan suhu jauh di atas 1200° C Limbah padat, semi padat, bubuk, antineoplastik, zat yang diawasi Mahal, terutama untuk incinerator dengan tujuan khusus. Pemanfaatan pabrik yang adamungkin lebih praktis.
Insinerasi suhu sedang
Dengan incinerator bilik ganda pada suhu minimum 850°C Jika tidak ada incinerator suhu tinggi, limbah padat, semi padat, bubuk, zat yang diawasi. Antineoplastik paling baik dibakar pada suhu tinggi
Imobilisasi
Encapsulation (penyegelan) limbah Limbah padat, semi padat, bubuk, cairan, antineoplastik, zat yang diawasi.
Inertization Limbah padat, semi padat, bubuk, cairan, antineoplastik, zat yang diawasi.
Landfill
Sanitary landfill sangat terencana Limbah padat, semi padat, dan bubuk tak diolah dalam jumlah terbatas.Pembuangan limbah farmasi dianjurkan melalui imobilisasi. Plastik PVC.
Landfill terencana Limbah padat, semi padat,dan bubuk. Sebaiknya setelah imobilisasi. Plastik PVC.
Tempat pembuangan terbuka tak terencana dan tak terkendali Sebagai pilihan terakhir limbah padat, semi padat, tak diolah (harus segera ditutupi dengan limbah perkotaan). Lebih baik dilakukan imobilisasi limbah padat, semipadat, bubuk. Tidak untuk mengolah zat yang diawasi
Saluran pembuangan air limbah Cairan encr, sirup, cairan intravena; sejumlah kecil disinfektan. Tidak dianjurkan untuk antineoplastik berikut disinfektan dan antiseptic tak diencerkan.
Badan air berarus deras Cairan encr, sirup, cairan intravena; sejumlah kecil disinfektan. Tidak dianjurkan untuk antineoplastik berikut disinfektan dan antiseptic tak diencerkan.
Pembakaran dalam container terbuka Sebagai pilihan terakhir: kemasan, kertas, kardus. Tidak sesuai untuk plastic PVC atau perbekalan farmasi.
Penguraian kimia Tidak dianjurkan kecuali tenaga ahli kimia dan bahan kimianya tersedia. Tidak praktis untuk jumlah diatas 50 kg.

Dalam pembuangan limbah industri farmasi, diperlukan suatu pemilahan. Tujuan pemilahan adalah memisahkan limbah farmasi ke dalam kategori-kategori yang memerlukan metode pembuangan berbeda. Metode pembuangan secara aman yang direkomendasikan akan bergantung terutama pada label dosis sediaan farmasi dalam obat-obatan.
Prioritas utama proses pemilahan adalah memisahkan perbekalan Farmasi yang dikelompokkan sebagai zat yang diawasi (mis. narkotika), obat antineoplastik (sitotoksik antikanker), dan semua produk non-farmasi lain yang berbahaya dan mungkin tercampur dalam perbekalan farmasi. Semuanya harus disimpan di ruang khusus yang terpisah dan aman sebelum pembuangan masing-masing secara aman.
Sisa perbekalan farmasi yang tak diinginkan lebih lanjut harus dipilah ke dalam beberapa kategori berdasarkan kandungan dosisnya (kapsul, bubuk, larutan, suppositoria, sirup, tablet).

Kategori
Metode pembuangan Keterangan
Padat
Semi padat
Bubuk

Landfill
Encapsulation limbah
Inertization limbah
Insinerasi suhu sedang dan suhu tinggi Tidak lebih dari 1% limbah harian perkotaan dapat dibuang dalam bentuk yang tidak diolah (tidak diimobilisasi ke landfill)
cairan


Saluran pembuangan limbah
Insinerasi suhu tinggi
Antineoplastik jangan ke saluran air kotor
Ampul Penggilingan atau penggerusan ampul dan membuang cairan yang dilarutkan ke saluran pembuangan air kotor
Antineoplastik jangan ke saluran air kotor
Obat-obatan anti infeksi Encapsulation limbah
Inertization limbah
Insinerasi suhu sedang dan suhu tinggi

Antibiotic cair dapat dilarutkan dengan air, didiamkan selama beberapa minggu, kemudian dibuang ke saluran air kotor
antineoplastik Pengembalian ke donatur atau pabrik yang membuat
Inertization limbah
Insinerasi suhu tinggi
Penguraian kimia
Tidak boleh ke landfill kecuali menjalani encapsulation
Jangan ke saluran air kotor
Jangan pembakaran suhu sedang

Obat-obatan yang diawasi Encapsulation limbah
Inertization limbah
Insinerasi suhu sedang dan suhu tinggi
Jangan ke landfill kecuali menjalani encapsulation
Kanister aerosol Landfill
Encapsulation limbah

Jangan dibakar ; dapat meledak
Disinfektan Buang ke selokan atau badan air yang arusnya deras ; sejumlah kecil disinfektan yang telah dilarutkan (maksimal 50 liter per hari di bawah pengawasan)


Plastic PVC,
kaca Landfill

Jangan dibakar dalam container terbuka
Kertas,
kardus
Daur ulang, pembakaran, landfill

IV. DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2009, Pengolahan Limbah Industri Farmasi, tersedia online, http://download.fa.itb.ac.i d/filenya/Handout%20Kuliah/Farmasi%20Lingkungan/Limbah%20Industri%20Farmasi.pdf, diakses 25 November 2009
Anonimb, 2009, Residu Farmasi, http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.tu-harburg.de/aww/publikationen/pdf/paper_hammer_kiev.pdf&prev=/translate_s%3Fhl%3Did%26q%3Dskema%2Bpengolahan%2Blimbah%2Bindustri%2Bfarmasi%26tq%3Dwaste%2Btreatment%2Bscheme%2Bpharmaceutical%2Bindustry%26sl%3Did%26tl%3Den%26start%3D10, tersedia online, diakses 25 November 2009
Anonimc, 2009, Teknologi Pengolahan Limbah, tersedia online http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-limbah-b3/, diakses 25 November 2009
Anonimd, 2009, Pengantar Pengolahan Limbah, tersedia online http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/pengantar- pengolahan-air-limbah-compatibility-mode1.pdf, diakses 25 November 2009
Salmiyatun, 2003, Panduan Pembuangan Limbah Perbekalan Farmasi, penerbit Buku Kedokteran EGC

Jumat, 14 Juni 2013

laporan farmasi

BAB I
PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang
Keandalan pengamatan manusia terhadap suatu subyek dalam suatu pengamatan sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukannya suatu alat atau obyek tertentu untuk dapat membantunya dan yang dapat pula dipergunakan sebagai subyek dalam penelitian, diantaranya adalah dengan mempergunakan hewan – hewan percobaan.
Penggunaan hewan percobaan terus berkembang hingga kini. Kegunaan hewan percobaan tersebut antara lain sebagai pengganti dari subyek yang diinginkan, sebagai model, di samping itu di bidang farmasi juga digunakan sebagai alat untuk mengukur besaran kualitas dan kuantitas suatu obat sebelum diberikan kepada manusia.
Tidak semua hewan coba dapat digunakan dalam suatu penelitian, harus dipilih mana yang sesuai dan dapat memberikan gambaran tujuan yang akan dicapai. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis / keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia.

I.2.Maksud Dan Tujuan Percobaan
     I.2.1. Maksud Percobaan
          Mengetahui dan memahami cara – cara perlakuan pada hewan coba.      
I.2.2.Tujuan Percobaan
         Dapat mengetahui cara – cara penanganan dan perlakuan terhadap hewan coba mencit (Mus musculus), Tikus putih (Rattus norvegicus), dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
I.3. Prinsip Percobaan
          Penanganan hewan coba mencit (Mus musculus) dengan memegang ekor mencit dengan jari, sedangkan tangan kanan memegang bagian leher mencit selanjutnya diberi perlakuan pada hewan coba (Mus musculus).

 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Umum 
Pada dasarnya hewan percobaan dapat merupakan suatu kunci dalam mengembangkan suatu penelitian dan telah banyak berjasa bagi ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan tentang berbagai macam penyakit seperti: malaria, filariasis, demam berdarah, TBC, gangguan jiwa dan semacam bentuk kanker. Hewan percobaan tersebut oleh karena sebagai alternatif terakhir sebagai animal model. Setelah melihat beberapa kemungkinan peranan hewan percobaan, maka dengan berkurangnya atau bahkan tidak tersedianya hewan percobaan, akan berakibat . penurunan standar keselamatan obat-obatan dan vaksin, bahkan dapat melumpuhkan beberapa riset medis yang sangat dibutuhkan manusia. 
Masih dalam rangka pengelolaan hewan percobaan secara keseluruhan, cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik   (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau pun rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga bagi orang yang memegangnya. Adapun cara memegang dan penentuan jenis kelamin untuk masing-masing hewan yang umum dipakai dalam percobaan. 
Mencit dapat dipegang dengan cara yang sama, yaitu dengan memegang pada pada pangkal ekornya, kemudian mengangkat kaki belakang. Lebih baik lagi bila ditempatkan di tempat yang agak kasar sehingga kaki depannya tetap mencengkeram lantai. Angkat kira-kira membentuk sudut 45˚ kemudian pegang bagian belakang tengkuknya dengan hati-hati. Pastikan tidak ada lagi kulit yang longgar, sehingga hewan tidak bisa berpaling dan menggigit. Mencit  biasanya tidak menggigit namun tampak seperti kejang. Hal ini biasa dan bukan merupakan hal yang berbahaya. Tikus biasanya akan berusaha menggigit saat dipegang. Tikus yang berukuran besar dapat dipegang dengan cara meletakkan jari-jari pada seputar daerah dada dan jempol dibawah rahang. 
Berbagai cara pemberian perlakuan  terhadap hewan coba dapat dilakukan dengan cara : (4)
a) Per oral 
Mencit atau tikus diletakkan di atas ram kawat, ekor ditarik.
Jarum suntik yang sudah disolder dimasukkan ke dalam mulut mencit namun harus diperhatikan proses masuknya jarum agar tidak melukai organ dalam mencit. 
Setelah selesai, tarik kembali jarum tersebut secara perlahan.
b) Intramuskular 
Pembantu memegang paha, penyuntik memegang paha kiri dari depan dengan tangan kiri.
Jarum ditusukkan dari balik dengan sudut tegak lurus terhadap permukaan kulit   kira-kira ditengah paha sehingga tusukan sampai ke otot bicep femoris.
Lalu suntikkan bahan perlakuan, tarik jarum, tempat suntikan dipijat pelan-pelan. 
c) Intraperitoneal 
Mencit dihandling dengan benar
Tusukkan jarum disisi dekat umbilicus / kira-kira 5mm disamping garis tengah antara 2 puting susu paling belakang
Tarik jarum lalu lepaskan mencit. 
d) Subkutan 
Obat/bahan disuntikkan di bawah kulit di daerah punggung, terasa longgar bila jarum digerak-gerakkan, berarti suntikan sudah benar. Pengawasan lingkungan.
Semua jenis hewan percobaan harus ditempatkan dalam lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan fisiologis, termasuk memperhatikan suhu, kelembaban dan kecepatan pertukaran udara yang ekstrim harus dihindari. Kebanyakan hewan coba tidak dapat berkembangbiak dengan baik pada kamar lebih tinggi dari suhu 30¬¬0 C. Mencit, tikus dan marmut maksimum perkembangbiakannya pada  suhu 30¬¬0 C, kelinci pada suhu 250 C.
Pengawasan status kesehatan (3)
Standar kebersihan hewan percobaan yang diperlukan sama  dengan manusia harus dijaga agar dapat hidup sehat. Dinding dan lantai misalnya harus tahan air dan mudah dicuci. Lantai harus dibuat sedemikian rupa agar air dapat mengalir dan cepat kering sesudah dicuci. Bahan bangunan yang dipakai untuk membangun gedung harus kuat dan tahan lama.
Pengawasan orang yang akan merawat hewan percobaan (3)
Jumlah pengunjung yang masuk ke dalam kamar penelitian/ pemeliharaan harus dibatasi karena semakin banyak yang masuk dapat menyebabkan jumlah mikroorganisme patogen dan dapat saling mengkontaminasi.  
Pengawasan makanan dan minuman (3)
Kualitas makanan baik dapat diperoleh jika nilai komponen ransum telah diketahui. Misalnya, tikus dan mencit memerlukan ransum yang mengandung 20% protein sedangkan kelinci dan marmut hanya memerlukan 14-15% protein.  
Pengawasan sistem pengolahan dan pembiakan (3)
Dalam keadaan ideal, semua harus ideal. Misalnya, kandang hewan coba harus diketahui batas masimalnya, makanan dan minuman yang harus selalu diperhatikan. Kebanyakan pemberian makanan/minuman bisa mencemari kandang dan memberi lingkungan tidak sehat.  
Pengawasan kualitas hewan (3)
Kualitas genetik hewan coba penting dalam penelitian dasar. Sering bahwa hewan coba inbreed mempunyai kualitas genetik lebih tinggi dan lebih bermanfaat dibandingkan hewan percobaan outbreed. Tetapi itu tidak selalu benar.
Adapun tujuan penggunaan hewan percobaan sejalan dengan arah bidang ilmu ialah sebagai berikut : (3)
1. Bidang Toksikologi 
Pengujian toksikologi dengan menggunakan hewan percobaan yang dilakukan di lingkungan industri bertujuan agar bahan kimia yang dibubuhkan pada bahan makanan tepat dalam arti aman buat konsumen, efektif daya kerjanya dan masih mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Status kesehatan berdasarkan pemeriksaan yaitu :
Ektoparasit dan endoparasit
Patologi
Profil hematologi dan kimia darah
Penyakit menular
2. Bidang Patologi 
Para ahli patologi memakai hewan percobaan terutama untuk meneliti atau mengamati adanya perubahan – perubahan   patologik jaringan tubuh yang disebabkan oleh :
Terjadinya kontak antar spesies (infeksi mikroorganisme atau invasi parasit pada hewan atau menusia).
Stress karena faktor lingkungan (suhu, kelembaban, sanitasi, ventilasi, kepadatan dan lain – lain).
Keracunan makanan
Defisiensi makanan (defisiensi vit. A, deficiensi vit. E)
Hewan percobaan juga dimanfaatkan oleh ahli patolgi untuk penelitian tentang tumor dan kanker bahkan hewan percobaan juga dimanfaatkan sebagai lahan untuk menanam dan menghasilkan sel – sel tumor ini dapat dimanfaatkan oleh ahli mikrobiologi untuk membuat biakan jaringan guna membiakkan virus, selain itu dapat juga digunakan untuk mendeterminasi penyakit berdasarkan perubahan – perubahan jaringan dan organ tubuh yang terjadi setelah hewan percobaan tersebut mendapat perlakuan (keracunan karena mengisap chloroform, keracunan aflatoksin melalui ransum).
3. Bidang Parasitologi
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian parasitologi dikehendaki berkualitas baik, sebelum melangkah untuk melakukan penelitian dalam bidang parasitologi, kita perlu mengetahui interaksi antar parasit sendiri.misalnya pada hewan mencit yang diberi antibiotik untuk mengusir mikroflora dalam usus dan kemudian diganti oleh mikroorganisme tertentu.
4. Bidang Imunologi 
Respon imun pada hewan percobaan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu termasuk perihal infeksi oleh bakteri, virus maupun parasit, stress, faktor diet / ransum dan peradangan non spesifik. 
Adapun pengelompokan pada hewan percobaan dapat dibagi atas tiga kelompok besar yaitu.
1. Pengelompokan berdasarkan asal hewan.
2. Pengelompokan berdasarkan kandungan organisme dalam tubuhnya.
3. Pengelompokan berdasarkan kondisi organ dalam tubuhnya.













II.2. Uraian Hewan
II.2.1. Karakteristik Hewan Coba (3)
Mencit merupakan salah satu hewan pengerat dan mudah berkembang biak yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Mencit (Mus musculus ). 
Lama Hidup       : 1- 2 tahun, bisa sampai 3 tahun
Lama Bunting       : 19 - 21 hari
Umur Disapih       : 21 hari
Umur Dewasa       : 35 hari
Siklus Kelamin       : poliestrus
Siklus Estrus                                                                                                                                                                          : 4-5 hari
Lama Estrus       : 12-24 jam
Berat Dewasa       : 20-40 g  jantan;18-35 g betina
Berat Lahir       : 0,5-1,0 gram
Jumlah anak       : rata-rata 6, bisa 15
Suhu ( rektal )       : 35-39˚C( rata-rata 37,4˚C )
Perkawinan Kelompok   : 4 betina dengan 1 jantan
Aktivitas       : Nokturnal (malam)
Sifat– sifat mencit :
1. pembauannya sangat peka yang memiliki fungsi untuk mendeteksi pakan, deteksi predator dan deteksi signal                (feromon).
2. penglihatan jelek karena sel konus sedikit sehingga tidak dapat melihat warna.
3. Sistem sosial: berkelompok
4. Tingkah laku:
*  jantan dewasa + jantan dewasa akan berkelahi
*  Betina dewasa + jantan dewasa damai
*  Betina dewasa + betina dewasa damai
b. Tikus putih (Rattus norvegicus)
Lama hidup        : 2-3 tahun, dapat sampai 4 tahun.
Lama Bunting                  : 20-22 hari.
Kawin sesudah beranak : 1 sampai 24 jam.
Umur disapih                  : 21 hari.
Umur dewasa                  : 40-60 hari.
Umur dikawinkan             : 10 minggu (jantan dan betina).
Siklus estrus (birahi)        : 4-5 hari.
Lama estrus                     : 9-20 jam.
Perkawinan                      : Pada waktu estrus.
Ovulasi                             : 8-11 jam sesudah timbul estrus.
Jumlah anak                     : Rata-rata 9-20.
Perkawinan kelompok      : 3 betina dengan 1 jantan
c. Kelinci (Oryctolagus cuniculus) 
- Masa hidup         : 5 - 10 tahun
- Masa produksi         : 1 - 3 tahun 
- Masa bunting     : 28-35 hari (rata-rata 29 - 31 hari)
- Masa penyapihan   : 6-8 minggu
- Umur dewasa     : 4-10 bulan
- Umur dikawinkan    : 6-12 bulan
- Siklus kelamin                                    : Poliestrus dalam setahun 5 kali hamil
- Siklus berahi      : Sekitar 2 minggu 
- Ovulasi     : Terjadi kawin (9 - 13 jam kemudian) 
- Fertilitas       : 1 - 2 jam sesudah kawin
- Jumlah kelahiran     : 4 - 10 ekor (rata-rata 6 - 8)
- Volume darah     : 40 ml/kg berat badan 
- Bobot dewasa    : tergantung pada ras, jenis kelamin.     
II.2.2. Klasifikasi Hewan Coba (3)
 Mencit ( Mus musculus ) 
Kingdom     :   Animalia
Phylum     :   Chordata
Sub Phylum   :   Vertebrata
Class     :   Mamalia
Sub Class   :   Rodentia
Family    :   Muridae
Genus   :   Mus
Spesies   :   Mus musculus
Tikus putih (Rattus norvegicus)
Kingdom  : Animalia
Filum  : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Sub ordo : Odontoceti
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Spesies            : Rattus norvegicus
BAB III
METODE KERJA

III.1. Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan adalah kanula, dan rang besi
III.1.2 Bahan
       Bahan yang digunakan adalah aquadest
III.1.3 Hewan coba yang digunakan
·         Hewan coba yang digunakan adalah Mencit  (Mus musculus), Tikus putih (Rattus norvegicus), dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus).
III.2. Cara kerja
1.  Persiapan Hewan
·         Dipegang ujung ekor dengan tangan kanan dan dibiarkan kaki depan terpaut pada kawat kasa kandang.
·         Dipegang kulit kepala sejajar dengan telinga mencit dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri.
·         Ditukarkan pegangan ekor dari tangan ke jari kelingking kiri supaya mencit itu dapat dipegang dengan sempurna.
·         Mencit siap untuk diberikan perlakuan.
2.  Cara pemberian secara oral.
·         Dipegang tengkuk mencit sedemikian rupa dengan tangan kiri sehingga ibu jari melingkar di bawah rahang sehingga posisi abdomen lebih tinggi dari kepala.
·         Disuntikkan aquadest pada bagian bawah tengah abdomen dengan cepat.
·         Diamati efek yang terjadi.

 BAB IV
PEMBAHASAN

Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah ditangani dan bersifat penakut fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Aktivitasnya di malam hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan mengurangi aktivitasnya.
     Metode yang biasa dilakukan dalam penanganan hewan coba mencit : (4)
1.  Handling:
·      Ekor dipegang di daerah tengah ekor dengan tangan kiri.
·      Leher dipegang dengan tangan kanan, jang an terlalu menggencet.
·      Jari telunjuk dan ibu jari memegang kulit leher, jari kelingking menjepit ekor.
2.  Perlakuan oral :
·         Spoit diisi dengan bahan perlakuan
·         Tikus atau mencit di handling dengan benar
·         Ujung kanula dimasukkan ke rongga mulut sampai rongga tekak
·         Suntikkan perlahan
Pada praktikum dilakukan perlakuan pada hewan coba mencit dengan cara, pertama-tama ekor mencit dipegang dan diangkat dengan tangan kanan, mencit dibiarkan mencengkram alas penutup kandang ( kawat rang), sehingga frekuensi gerak mencit dapat diminimalkan. Cengkram kulit punggung mencit sebanyak-banyaknya dan seerat mungkin dengan tangan kiri, hingga kepala mencit tidak dapat digerakkan ke kanan dan kekiri. Jari tengah dan jari manis mencengkram perut mencit dan ekor mencit dililitkan pada jari kelingking.
Pemberian secara oral mencit pada umumnya berat 20-30 gram maksimal pemberian maksimal 1cc. Sebelum digunakan, hewan coba terlebih dahulu dipuasakan makan selama 8 jam dengan maksud untuk mengurangi variasi biologis dan efek-efek lainnya. Dalam hal ini mencit jantan lebih bagus digunakan karena siklus hormonnya lebih homogen dibandingkan hewan yang betina dan waktu tidur hewan betina empat kali lebih lama dari hewan jantan bila diberi obat.
Mencit harus diberikan penomoran sehingga dapat memberikan kemudahan untuk mengetahui perbedaan hewan satu dengan yang lainnya, dapat menggunakan asam pikrat  atau dengan spidol permanen. Untuk penggunaan di laboratorium yang hanya menggunakan sekitar 20-30 ekor mencit, yang biasanya diberi kode pada badan atau bagian paha kaki mencit.
Pada praktikum ini juga, dilakukan perlakuan hewan coba tikus putih dan kelinci. Perlakuan hewan coba tikus putih hampir sama mencit, namun harus berhati – hati sebab hewan coba ini lebih agresif daripada mencit. Dalam perlakuan kelinci, telah disediakan tempat yang dirancang khusus yang berbentuk balok. Kelinci tersebut diberi injeksi pada salah satu telinganya.
 BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
  Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa infus daun paliasa memiliki daya untuk menurunkan kadar glukosa mencit (Mus musculus).
VI.2 Saran
 Ada baiknya alat – alat pendukung dalam praktikum di laboratorium segera dilengkapi.

















Daftar Pustaka

1. Raven, P. 2005. Atlas Anatomi. Jakarta : Djambatan.
2. Nazir M. 1988. Metode Penelitian Edisi ke-3. Jakarta : Ghalia  Indonesia. 
3. Malole,  M.M.B, Pramono. 1989. Penggunaan Hewan – Hewan  Percobaan  Laboratorium. Bogor : IPB. DitJen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi.  
4. Dirjen POM. 1976. Farmakope Indonesia, Edisi Ke-III. Jakarta.  Departemen Kesehatan RI. Hal : 672 ; 268 ; 206













Lampiran
A. Cara memegang/perlakuan hewan coba Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
  

B. Cara memegang/perlakuan hewan coba tikus putih dan mencit